Dua Hati yang Terpisah - Bagian 1-

"Panas amat badan lu, Ndut!" ujar Melati sambil menatap hangat wajah Gerard.

"Masa sih, emang berapa derajat suhu badan gue?" balasnya sambil tersenyum.

"Mana gue tahu, emangnya gue termometer berjalan?" jawab Melati sengit.

Memang beginilah cara mereka bersenda-gurau. Mereka baru saling berkenalan tiga tahun yang lalu di gereja, tapi di antara mereka ada chemistry yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Mereka bisa berbicara tentang apa saja dan bahkan bisa saling bercanda dengan mengata-ngatai satu sama lain tanpa ada perasaan tersinggung sama sekali di antara mereka.

"Mel, menurut lu, gue ini sakit apaan yah?"

"Yah lu mah ada-ada aja deh, lu nanya gue, gue nanya siapa dong?"

"Iya juga yah, coba dulu lu masuk sekolah kedokteran, pasti sekarang lu bisa ngobatin gue deh."

"Yah elu Ndut, emang bukan itu pilihan hidup gue, masa mau dipaksain?" "Lagian kalau lu emang butuh, gue ada kok kenalan dokter."

"Hah, siapa Mel?" tanya Gerard dengan raut wajah yang tiba-tiba berubah.

"Adalah, gue juga baru kenalan kok ama dia kemarin ini di gereja."

Gerard kelihatan seperti sedang berpikir serius, kemudian dia berujar, "Oh gue tahu, Mel, yang mukanya kayak artis Korea itu yah?"

"Iya benerrr, keren yah dia, udah dokter, ganteng pula lagi."

"Hmm, gitu yah Mel," balas Gerard datar.

"Kenapa lu, Ndut, kok tiba-tiba muka lu jadi kayak bete gitu?" tanyaku ketus.

"Gak apa-apa kok, Mel."

"Ah boong lu, Ndut, lu kira gue baru kenal ama lu kemarin sore?" "Gue kan tahu banget gimana ekspresi muka lu kalau lagi bete."

"Emang kayak gimana, Mel?"

"Yah kayak sekarang ini, kayak kertas yang abis diremes-remes, lecek."

"Yah elu mah, Mel, malah ngatain muka gue lecek lagi, tiba-tiba badan gue jadi tambah gak enak nih, aduuuh," ujar Gerard sambil memegangi badannya yang menggigil. Melihat itu, raut wajah Melati juga berubah menjadi serius.

"Aduh Ndut, kenapa lagi sih lu, udah jangan mikir yang aneh-aneh deh, lu kan lagi sakit."

"Gue sebenernya agak gak seneng pas lu kemaren kenalan ama si dokter itu."

"Hah, gak seneng gimana maksud lu, Ndut?"

"Yah gak seneng aja."

"Yah gak seneng gimana?"

"Gue cemburu ngeliat lu kenalan ama dia."

Mendengar itu, tiba-tiba Melati langsung tertawa terbahak-bahak, "Hahaha, Nduuut, Ndut, lu tuh ada-ada aja deh."

"Emang ada-ada aja gimana maksudnya, Mel?" "Ntar kayak lagunya Titiek Puspa lagi, ada-ada aja dong, dang-ding-dong," balas Gerard sambil bersenandung.

"Yah elu malah nyanyi lagi, udah stop, kasihan kuping gue!"

"Elu yah Mel, demen banget deh ngeledek gue."

"Lagian lu tuh yah, emang cemburu gimana sih maksud lu?

"Cemburu yah cemburu, Mel, coba lu cek deh arti kata cemburu di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru."

"Jiah, lu udah kayak guru Bahasa Indonesia pas gua masih Playgroup aja deh."

Gerard hanya membalas dengan memasang wajah pura-pura ngambek walau sebenarnya dia memang lagi ngambek.

"Gerard," panggil Melati dengan lembut.

Gerard masih saja memasang ekspresi wajah ngambek-ngambek manja.

"Gerard, lu tuh sahabat terdekat gue."

Gerard terdiam sebentar kemudian dia mengakhiri episode ngambeknya dengan berujar, "Iya gue tahu kok Mel." Setelah tampak terdiam sesaat, Gerald menghela napas panjang seraya berujar, "Cuma kadang gue berharap bisa lebih."

"Ehhh, apa-apaan sih lu, Ger!" Melati kaget mendengar ucapan Gerard. "Inget istri ama anak lu!"

"Yaelah Mel, lu lebay amat deh," sahut Gerard. "Emang lu kira maksud gua lebih gimana?"

"Lebih dari sahabat, yah berarti pacar dong?" ujar Melati kebingungan.

"Wuuu, geer lu, hahaha!" Gerard tertawa ringan.

"Fiuhhh, kaget gue, jadi maksud lu lebih dari sahabat apa dong?" Melati melepas keterkejutannya.

"Yah emang gue sering berharap lu bisa jadi pacar gue sih."

"Tuh kan, ihhh dasar cowo gatel lu!" Melati kembali terkejut.

"Eh buset, kok lu jadi ngatain gue cowo gatel, emangnya lu kira gue kudisan?" Gerard membela diri.

"Yah lagian elu, emang istri ama anak lu mau dikemanain?"

"Yah lu jangan tanya gue, tanyalah kepada hati yang bergelora untuk berkata jujur ini," ucap Gerard.

"Cie ilah, ternyata lu punya jiwa puitis juga yah," sahut Melati. "Gue kira lu cuma punya bakat autis."

"Eh jangan menghina lu, gini-gini gue pernah ikut lomba menulis puisi lho."

"Terus, menang gak?" tanya Melati.

"Gue dikirimin email ama panitianya, dikiranya gua salah tulis alamat lomba menulis cerita horor."

"Hahaha!" Melati tertawa terbahak-bahak. "Lagian elu sih, udah autis autis aja, gak usah sok sok puitis, hahaha!" Melati melanjutkan tawanya.

"Ssttt, udah udah ah ketawanya, ga tau orang lagi sakit yah!" ketus Gerard.

"Ehemm," Melati mencoba menenangkan dirinya dan kemudian melanjutkan rasa penasarannya yang tadi belum terjawab. "Ya udah, sekarang lu coba jelasin ke gue, maksud lu tadi ngomong gitu apa?"

"Ngomong yang mana?"

"Yang tadi."

"Yang mana?"

"Soal lu pengen gue jadi pacar lu," ucap Melati seraya mukanya memerah tersipu malu.

"Oh yang itu."

"Iye, yang itu!"

"Hmm, yayaya."

"Jiah, malah yayaya doang, lama-lama gue bekep juga lu pake kain kompres!" ucap Melati tak sabaran.

Gerard mulai deg-degan, dia berharap seandainya saja tadi dia tidak keceplosan, mungkin sekarang dia tidak berada dalam posisi sulit ini, di mana dia terpaksa harus menjelaskan maksud ucapannya tadi kepada Melati yang terus menuntut penjelasan. Setelah menarik napas panjang, sambil mengumpulkan segenap kekuatan untuk mengeluarkan isi hatinya, ia berujar, "Yah lu pasti ngerti kan maksud gue, Mel."

Melati mukanya semakin memerah, jantungnya juga ikut deg-degan, tapi dia mencoba menyembunyikan emosinya dan berkata, "Enggak, gue ga ngerti, coba lu jelasin, Ger!"

"Gue bingung mesti mulai dari mana."

"Seperti layaknya kisah-kisah yang lain, mulai dari paling awal," jawab Melati.

"Jadi gini, Mel," ujar Gerard pelan. "Sebenarnya udah sejak lama gue suka ama lu."

Kemerahan muka Melati sudah mencapai puncaknya, masih dia mencoba menyembunyikan emosinya yang sudah terlihat jelas itu, "Emang lu udah sejak kapan suka ama gue, Ger?"

"Sejak awal kita kenalan, gue udah tertarik ama lu, Mel." "Lu tuh gak sama kayak cewe-cewe lainnya."

"Gak sama gimana maksud lu, Ger?"

"Lu tuh orangnya blak-blakan banget, anti jaim, itu yang gue paling suka dari lu."

"Terus selain itu?"

"Lu juga orangnya berani ngungkapin pendapat lu, kalo suka lu bilang suka, kalo ga suka lu bilang ga suka, lu tuh gokil."

"Selain itu?"

"Apa lagi yah?"

"Kalau dari segi fisik gimana, ada yang lu suka gak dari gue?"

"Hmm, gak ada sih."

"Jahat lu!!! Jadi maksud lu gue jelek gitu?" ucap Melati tersinggung.

"Haha, Mel Mel, lu tuh tambah cantik yah kalau lagi marah. " "Gue cuma bercanda, Mel, lu tuh cewek paling cantik yang pernah gue kenal."

Melati hanya bisa terdiam, mencoba menyembunyikan perasaannya, tanpa menyadari kalau mukanya terus memerah.

"Tahu gak, Mel, apa yang paling gue suka dari lu?"

"Apa tuh, Ger?" jawabnya pelan sambil tersipu malu.


Comments

Popular posts from this blog

Just Say No, Goddammit!!!

Balada Laptop dan Speaker

Pendapat Saya tentang Agama -Bagian 1-